Beberapa orang memakai minyak jelantah untuk memasak kembali makanan baru. Namun, pemakaiannya perlu diperhatikan karena bisa jadi tidak halal.
Minyak goreng masih menjadi salah satu bahan yang dibutuhkan dalam dapur rumah tangga orang Indonesia. Fungsinya untuk menggoreng atau sekadar menumis makanan.
Minyak goreng berasal dari lemak tumbuhan maupun hewan yang telah dimurnikan. Bentuknya cair pada suhu kamar dan biasa digunakan untuk menggoreng makanan.
Namun, tidak semua orang selalu menggunakan minyak goreng baru untuk memasak makanan mereka. Masih banyak yang menggunakan minyak jelantah atas dasar alasan penghematan biaya.
Minyak jelantah sebagai minyak limbah atau minyak bekas yang sudah dipakai berulang kali ini memang bisa menghemat pemakaian minyak baru. Namun, sangat tidak baik untuk kesehatan.
Terlebih, ada beberapa aspek yang sebenarnya bisa membuat minyak jelantah ini menjadi tidak halal.
Lantas, apa yang membuat minyak jelantah ini bisa jadi tidak halal? Berikut penjelasannya seperti dirangkum dari halalmui.org (16/03/2023).
1. Efek bahaya minyak jelantah
Minyak jelantah memiliki efek buruk bagi kesehatan. Foto: Getty Images/NicolasMcComber |
Pemakaian minyak jelantah berisiko terhadap kesehatan. Penggunaan berulang kali dengan pemanasan akan menyebabkan sebagian besar kandungannya rusak. Selain itu, akan terbentuk senyawa yang bersifat karsinogenik.
Minyak jelantah bisa menjadi media penyerapan radikal bebas yang akan ikut terserap ke dalam makanan yang digoreng. Ketika makanan masuk ke tubuh, senyawa radikal bebas akan mengoksidasi sel-sel dalam organ tubuh secara perlahan.
Zat tersebut yang berubah menjadi karsinogen dan mampu menyebabkan penyakit kanker. Minyak jelantah juga bisa menyebabkan pengendapan lemak pada pembuluh darah.
Konsumsi produk yang digoreng dengan minyak jelantah secara berlebihan juga dapat memicu kelebihan berat badan atau obesitas.
2. Perhatikan aspek kehalalannya
Minyak ini bisa jadi tidak halal jika sebelumnya dipakai untuk menggoreng babi atau masak pakai alkohol. Foto: Getty Images/NicolasMcComber |
Minyak goreng yang menjadi bahan pokok sehari-hari bisa berasal dari lemak tumbuhan maupun hewan yang dimurnikan.
Minyak jelantah bisa berasal dari kedua jenis minyak itu. Meskipun menggunakan minyak bersertifikasi halal, tetapi tetap perlu diperhatikan karena bisa jadi bekas minyak itu digunakan untuk menggoreng makanan tidak halal.
Terutama jika kamu membeli makanan dari penjual lain yang belum tentu menggunakan minyak baru. Bisa jadi mereka menggunakan minyak jelantah dengan status kehalalan yang belum pasti.
Misalnya, sebelumnya minyak itu dipakai untuk menggoreng babi atau masakan beralkohol.
Profesor Sedarnawati juga memperingatkan bahwa banyak penjual makanan menggunakan minyak jelantah yang dibeli dari restoran secara langsung. Mereka sangat jarang melakukan pemurnian kembali sebelum digunakan.
Menurut pengamatan Profesor Sedarnawati, beberapa penjual nasi goreng keliling banyak menggunakan minyak jelantah yang punya aroma wangi ayam goreng. Diduga, mereka mendapatkannya dari restoran ayam goreng.
Untuk memastikan kehalalan minyak jelantah itu, perlu diketahui ayam yang digoreng apakah melalui proses penyembelihan halal, dan minyak goreng yang digunakan bersertifikat halal atau tidak.
Selanjutnya, diperhatikan juga cara pemurnian minyak jelantah dan jenis bahan adsorben yang digunakan.
Kriteria dalam memilih minyak goreng bisa dilihat pada halaman selanjutnya!
Simak Video "Kata Penjual soal Kuliner 'Nasi Minyak' Bebek Surabaya yang Lagi Viral"
[Gambas:Video 20detik]