thif-live.com

Ngumpet di Gang, di Pituin Coffee Bisa Ngopi dengan Suasana Homey

Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.
Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Bandung -

Kedai kopi atau kafe biasanya berada di pinggir jalan besar. Namun, kafe yang satu ini justru 'ngumpet' di dalam gang dengan racikan beragam jenis kopi.

Kalau bosan dengan tempat ngopi dengan suasana perkotaan, kamu mencoba mampir ke tempat kopi yang berada di sebuah gang. Jauh dari jalan raya dan kebisingan kendaraan.

Kafe tersebut adalah Pituin Coffee. Terletak di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pituin Coffee berada di dalam sebuah gang pemukiman padat. Namun suasana tempat ngopi ini sejuk dengan semilir udara segar. Hal tersebut membuat para pengunjung betah nongkrong di sini.

Pemilik Pituin Coffe, Dian Farid (42) menjelaskan asal-usul nama dan awalnya tempat kopi tersebut berdiri. Menurutnya nama Pituin merupakan salah satu kata dalam bahasa Sunda.

ADVERTISEMENT
Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Foto: Yuga Hassani/detikJabar

"Pituin kita ambil dari namanya dulu, itu kan diambil dari kata bahasa sunda, yang artinya asli atau original, tulen. Dengan akhiran namanya menggunakan bahasa ingris Coffee," ujar Dian, saat ditemui detikJabar, Minggu (5/11/2023).

Dian mengaku proses usahanya dimulai saat dirinya menjadi aktivis lingkungan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran. Ia fokus dalam melestarikan lingkungan dengan menanam kopi arabica di lahan kritis.

"Kita awal menanam tahun 2006 di Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran. Target kita awalnya ekologi. Ternyata semakin ke sini kopi semakin berkembang," katanya.

Setelah itu ia berhenti menanam dan fokus bekerja di salah satu bank pada tahun 2008 silam. Namun bekerja dengan orang lain tak membuatnya berkembang. Akhirnya ia memutuskan keluar dari perusahaan bank tersebut.

"Terus saya bekerja di salah satu bank sampai 10 tahun. Kemudian resign dan berpikir untuk usaha lagi. Soalnya saya punya basic menanam kopi, balik lagi aja ke gunung di Banjaran itu," jelasnya.

Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Foto: Yuga Hassani/detikJabar


Kopi Pituin di Gang Al Abror, Kampung Bojong Buah, Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.

Dian langsung memulai usaha dengan menjual kopi green bean dan membuka gudangnya di Soreang. Kemudian ia terpikirkan membuka kedai di daerah Cilampeni tahun 2018.

"Pada perjalanannya banyak yang ingin mencoba kopi pituin. Saya sudah mem-branding nama pituin, dengan menjual green bean sama jualan kopi bubuk. Terus saya coba anak-anak yang suka nyortir kopi untuk ngambil kelas barista. Akhirnya bisa nyeduh, kalau ada tamu, dibikinin," bebernya.

"Dipikir-pikir kalau punya tempat, lumayan juga ada yang beli kali yah. Ya udah buka aja kedai di Cilampeni dari tahun 2018 sampai 2020. Pas ramai-ramainya COVID-19," tambahnya.

Pituin Coffee terpaksa menutup tempat saat COVID-19 merajalela pada tahun 2020. Kemudian kembali membuka kedai dengan konsep yang baru dengan memanfaatkan lahan kosong.

"Akhirnya ini ada tanah kosong milik mertua yang gak dipake. Kondisinya gelap aja we, anak-anak yang lewat juga suka pada lari, da takut. Terus kan ini juga ada rumah tua yang kosong. Ya udah kita putuskan buat renovasi aja dikit-dikit," kata Dian.

Dengan lokasi di dalam gang, lahan tersebut direnovasi dengan secara perlahan. Namun tidak meninggalkan suasana keasrian di lokasi tersebut.

"Jadi kita renovasi bertahap, ada bar bekas sekretariat peduli lingkungan. Terus yang rumah kosong dijadikan gudang produksi untuk roasting. Perlahan kita beli mesin roasting. Semua di update secara natural aja," ungkapnya.

Pituin Coffe mengedepankan konsep rumah. Karena itu jika nongkrong di tempat tersebut berasa sedang berada di rumah.

"Memang kalau kedai-kedai sekarang tumbuh dengan konsep yang bagus dan biaya besar. Kita mah begini aja, mengedepankan tempat yang homey, tidak ada polusi kendaraan, tidak bising. Jadi ini memang yang betul-betul pengen ngobrol, pengen istirahat, diskusi, kajian," tuturnya.

Pituin Coffe buka dari jam 14.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Berbagai jenis kopi, non kopi dan makanan tersedia dengan berbagai harga yang masih terjangkau. Dengan rata-rata harga dari Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu.



Simak Video "Harga Duku Cililitan Kembali Normal, dari Rp 2 Ribu Kini Jadi Rp 5 Ribu"
[Gambas:Video 20detik]
(yms/odi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat